ini adalah kisah sepasang sepatu yang diceritakan oleh si penulis. mereka adalah sepasang alas kaki yang dibuat oleh sang tukang. iya, saat mereka siap diperbuat, keduanya kelihatan begitu cocok dan sepadan. bahkan ia diakui oleh sang tukang sendiri bahwa ia adalah masterpiece beliau yang unggul. belum pernah sang tukang dapat menghasilkan sepasang sepatu yang luar biasa cantik seperti mereka.
sang tukang tidak berniat mahu menyimpan mereka kerana sang tukang tahu sepasang sepatu bukan dicipta untuk disimpan di lemari kaca, menjadi pameran sehingga ia lapuk berhabuk. justru, sepasang sepatu adalah pengembara bebas. mereka akan melangkah ke mana saja di dunia ini selagi tapak mereka tidak haus dan kulit mereka masih tetap utuh.
namun sayang sekali, sepasang sepatu ditakdirkan terpisah saat mereka memulakan perjalanan akibat sedikit salah faham antara pengangkut barang yang membawa kepada pertengkaran kecil antara mereka. sepasang sepatu terpaksa membawa haluan masing masing. dan akhirnya sepatu kanan terlanjur menaiki kereta api ke utara sedangkan sepatu kiri tertinggal di belakang sehingga ada yang membawa naik ke kapal menuju selatan.
maka sepanjang tempoh perpisahan itu, keduanya tidak lagi menjadi sepatu bebas, bahkan terbiar lusuh dalam longgokan barang buangan. masing masing hilang upaya untuk melangkah. bukankah mustahil sepatu kanan bisa begerak ke hadapan tanpa sepatu kiri menyokongnya di belakang. dan begitu pula sebaliknya.
dengan begitu, barulah rasa rindu memekar dengan penuh lebat antara keduanya. mereka sadar bahwa mereka azalinya dicipta untuk hidup berdua, dan memilih untuk melangkah sendiri artinya memutuskan perhubungan yang menjadi asas kepada kekuatan dan kebebasan mereka. maka dalam sesal kesunyian itu, keduanya mula menghantar doa doa semoga mereka dipertemukan kembali.
nah, begitulah kisah sepasang sepatu setakat yang si penulis tahu. apakah mereka akan bertemu kembali, si penulis juga tidak pasti. terpulang kepada takdir mereka.
No comments:
Post a Comment