pagi kota di pertengahan april.
matahari tidak kelihatan terbit sinarannya pagi itu. hujan mengambil tempatnya untuk menyambut manusia-manusia pagi. butir hujan jatuh menabrak setiap apa yang tidak berlindung daripada langit, membiaskan cahaya yang keluar daripada tiang lampu dan kenderaan yang bergerak perlahan dalam barisan yang panjang.
basah.
di balik kaca besar kedai kopi seberang jalan, laki-laki sedang menggubah rasa untuk secawan cappucino yang baru tiba di mejanya. laki-laki membuka beberapa bungkusan paket gula dan menggaulnya masuk ke dalam kopi. aromanya naik bersama kepulan asap, menusuk jauh ke dalam jiwanya yang butuh kesegaran.
di hujung meja, ada beberapa gulungan kertas-kertas putih besar yang saiznya hampir sama dengan meja. laki-laki mencapai satu daripada kertas-kertas itu. membuka gulungannya dan mula membelek kandungannya yang penuh dengan lukisan garisan-garisan yang bervariasi panjang dan tebalnya, beberapa perkataan pendek dan selebihnya nombor-nombor. dengan pensel tekan-tekan, dia meneliti, menanda beberapa bulatan pada bahagian tertentu dan membuat kira-kira di ruangan kosong pada kertas itu. laki-laki sedang menunggu hujan pergi. dia ingin segera ke tapak bina yang tidak jauh dari situ, menyambung kerja-kerjanya memindahkan lukisan dari atas kertas ke atas tanah. dan itu sedikit sulit jika ada hujan.
tidak lama, di luar kedai, datang gadis dengan buru-buru, melabuhkan duduknya pada kerusi tunggu. gadis sedikit kebasahan ditimpa hujan. laki-laki mengalih perhatiannya keluar. gadis membawa beberapa buku tebal dalam dekapannya.
"wah, lumayan berat tu membawanya ke sana sini.."
spontan laki-laki berkata pada kopinya. salah satu tajuk buku-buku itu, kapita selekta kedokteran essentials of medicine, laki-laki membaca tulisan pada muka depannya.
"ah, calon dokter rupanya.. semoga sukses mbak! nanti bisa ngobatin umat manusia yang sedang sakit-sakitan."
bisik laki-laki tenggelam dalam bunyi hujan di luar. laki-laki meneruskan lagi meneliti lukisan pada gulungan kertas yang lainnya.
dingin.
hujan terus jatuh. jalanan kota terus basah. laki-laki sekali lagi memerhatikan gadis. sepertinya gadis tidak senang dengan suasana hujan pagi itu. kerap kali gadis melirik jam di tangannya, membetulkan buku-buku yang didekapnya sambil berdiri bangun memandang sesekali ke arah langit. mungkin berfikir untuk meredahnya saja, tapi tersedar bahwa dia tidak membawa payung, gadis kemudian duduk semula. lebih daripada itu, laki-laki perasan gadis sedang cuba menahan matanya untuk menjatuhkan butir-butir air jernih, cukup langit saja yang hujan, jangan dia. sepertinya gadis begitu berharap agar hujan segera pergi. dia ingin meneruskan perjalanannya.
di antara laki-laki dan gadis, hanya kaca yang memisahkan mereka. kaca yang basah di luar dan sedikit berkabut di bahagian dalamnya. menerusi kaca itu, laki-laki memerhati diam-diam gadis yang sedang bergelut dengan perasaannya.
...
"ada yang titip kopi ini untuk mbak."
"oh, siapa ya?"
"mas yang itu.. eh, masnya sudah pergi.. tadi ada duduk di meja di balik kaca ini.. katanya, suruh mbak pujuk langit dengan kopi ini supaya langit tidak terus-terusan bersedih. haha. lucu ya dia.."
...
pada kaca yang sedikit berkabut dari dalam itu, laki-laki menulis sesuatu.
--kamu tidak sendirian menunggu hujan agar ia segera pergi.
No comments:
Post a Comment