Tuesday, April 26, 2016

masih menunggu hujan pergi.






tidak lama, bas hijau kuning tiba dan berhenti tepat di hadapan pondok tunggu. gadis mengemaskan buku-buku tebal dalam dekapannya. kemudian mengangkat sekali cafe latte yang masih panas dalam cawan kertas coklat putih. pergerakan gadis semakin sukar, penuh berhati-hati membawa sejumlah buku-buku tebal dan secawan kopi panas.

rata-rata tempat duduk dalam bas masih kosong. hanya gadis, pak supir dan ibu muda yang mendodoi anak kecilnya yang sedang tidur nyenyak dalam dingin hujan. 

"mahu ke mana mbak?" 
"kampus gajah pak. berapa ya?" 
"tiga ribu."

gadis meletakkan buku-buku dan kopinya di tempat duduk penumpang paling hadapan, sebelah kiri bas. kemudian, gadis menyeluk poket beg sandang birunya, mengeluarkan not rupiah berwarna ungu dan menghulurkannya kepada pak supir. pak supir kemudian menghulurkan dua keping not rupiah kepada gadis, satunya berwarna perang hijau dan satunya lagi berwarna kelabu. 

lincah pak supir hidupkan signal ke kanan, kaki kiri tekan pedal clutch, masuk gear satu, lepaskan brek tangan, kaki kanan perlahan-lahan lepaskan pedal brek. bas pun mula bergerak meninggalkan pondok tunggu hadapan kedai kopi itu.



sunyi.

pak supir menekan punat on/off radio bersebelahan stereng bas. corong suara berwarna hitam yang terletak di setiap empat penjuru ruang bumbung bas mula bergetar mengeluarkan bunyi. lagu shawn mendes, 'never be alone' tenggelam timbul dalam bingit bunyi hujan dan sesekali hilang bersama signal radio yang kurang jelas.


i promise that one day i'll be around 
i'll keep you safe 
i'll keep you sound


zzsstt.. zzsstt..

zzsstt.. zzsstt..


you'll never be alone

zzsstt..


i maybe far but never gone

zzsstt.. zzsstt..



sambil itu, gadis mendapatkan kopi, yang entah siapa yang memberinya gadis masih tidak tahu, menghirupnya perlahan-lahan. panas kopi dan dingin hujan bersatu dalam rasa hangat yang menyegarkan. gadis melemparkan pandangannya ke luar tingkap bas yang basah dari luar. 

"lagi musim hujan ya sekarang, mbak?"

sapaan pak supir yang mengajaknya berbual membangunkan gadis dari lamunannya.

"ah, iya pak."



gadis menjawab ringkas dan perlahan. pak supir tetap fokus dengan pemanduannya, cuma sesekali memandang cermin pantul pandang belakang di atas kepalanya.

"kalo menurut saya, hujan itu kalo cuma sekali-sekali bagus mbak.. tapi kalau terus-terusan turunnya malah lebat lagi kayak gini ni, susah juga ya.. lagi-lagi untuk supir macam saya." 
"eh, kenapa pak?" 
"ya, pasal cermin kaca depan bas saya ni lho mbak. selalu kotor, debu kota dari sana-sini melekat. pandangan jadi nggak nyaman sebab cerminnya kotor berdebu. nah, kalo hujan, cerminnya dibersihin gratis, pandangan ke depan pun jadi jelas gitu kan? tapi, coba kalo hujannya lebattt sekali dan nggak pandai berhenti kayak pagi ini.. saya jadi susah kok mau nyetir. pandangan ke depan jadi kurang jelas, cerminnya ditutupin air hujan yang terus-terusan jatuh. akhirnya, perjalanan jadi kurang lancar.."
"oh, gitu ya..?"

perbualan itu terhenti dengan tangisan anak kecil yang terbangun dari lenanya dalam pangkuan ibu muda. pak supir menekan punat on/off radio bersebelahan stereng. suasana dalam bas kembali sunyi. hanya bunyi detak hujan yang kedengaran.




...




laki-laki meraba-raba poket baju, tiada. kemudian poket seluarnya pula, juga tiada. kemudian, paapp!, laki-laki menampar perlahan dahinya sendiri. ah, rupanya dia tertinggal pensel tekan-tekan di kedai kopi. dia melangkah berpatah balik ke kedai kopi yang sudah lebih kurang tujuh minit tadi ditinggalkannya.

sambil itu, dia mengeluarkan talipon dari poket belakang seluarnya. ibu jari kanannya lincah meluncur ke sana sini di atas skrin sentuh taliponnya. aplikasi whatsapp dibuka. satu-satu notifikasi dari group yang pelbagai diselesaikannya.

mr r. : team, heavy rain at site this morning.
laki-laki : *emotikon payung*
mr r. : do pray team. structural work already delayed for few days at block 1... bla.. bla.. bla.. tower crane number 1 rosak... bla.. bla.. bla.. there should put drop by 25mm... bla.. bla.. bla.. ask them to hack that part asap... bla.. bla.. bla.. call for inspection after rain stop.
laki-laki : ok, noted




tidak sedar, laki-laki sudah sampai di hadapan kedai kopi. memandang ke kiri, ke arah dinding kaca, lega, pensel tekan-tekannya masih ada di atas meja. tulisan pada dinding kaca sudah hilang, ditutup dengan kabut wap air. memandang ke kanan, ke arah kerusi tunggu yang sudah pun kosong kemudian mendongak ke arah langit, laki-laki menarik nafas dalam dan melepaskannya perlahan-lahan..

"come on my dear sky.. just stop crying now.. could you?"




hmm.

4 comments:

  1. So simple, yet beautiful. Keep it up bro!

    ReplyDelete
  2. Sambunglah lagi hmmm.
    - a reader :p

    ReplyDelete
  3. dan tiba-tiba..

    *pooff*

    laki-laki tersedar daripada lamunannya. laki-laki cek balik kira-kira yang dibuat atas drawing.

    "ah, sudah salah. ha, tu la, mengelamun lagi.."

    [the end]

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hahah senang betul endingnya.
      Mimpi! Literally laughing rn (To make sure you know)

      Delete