Sebelum ini, mereka cuma saya tatap dan ratap lewat gambar poto-poto. Sebelum ini, cerita khabar pasal mereka saya cuma dengar lewat orang-orang yang bilang macam-macam tentang mereka. Ya, saya jatuh hati pada pertama kali kami berpandangan. Saya terpesona saatnya mendengar kisah-kisah romantis orang-orang yang lain itu bersama mereka.
Habis pelusuk kota saya cari. Kasitau, rumah buku mana saya tak ziarahi lagi semata hanya ingin bertanya samaada mereka pernah singgah di sana. Mandi tak kenyang. Tidur tak basah. Makan pun tak pernah lena. Hampir-hampir saya putus asa kecewa terjun bangunan, eh, kerana cinta buta yang tidak berpenghujung ini. Tapi, saya kuatkan juga. Eheh.
Akhirnya, bulan jatuh ke riba. Ternyata, harapan dan wawasan ini tidak sia-sia. Terima kaseh Tuhan. Cahaya dari seberang itu tiba juga. Cukup 4 kuota. Sungguh, saya masih terharu-biru dapat menyentuh setiap lembaran yang mengalir kepadanya dakwat tulisan seorang yang begitu hidup tulisan beliau. Membaca karyanya, seakan-akan saya dan beliau sedang saling berbicara berduaan dalam sebuah ruangan khusus hanya untuk kami berdua.
Seuntai kicauan berserakan,
dari hamba Allah yang tertawan dosanya;
santri yang tertahan kejahilannya,
yang berharap dapat berbagai manfaat
dalam faqir dan dha'ifnya.
Renungan yang lebih tepat ditelunjukkan pada diri;
ditebarkan agar bisa bersama dihayati.
-Salim A Fillah.
...
* Terima kasih kawan untuk buku-buku ini. Saya ini cuma sebutir pasir tepian pantai, sedangkan budimu itu selautan luas. Biarlah Allah membalas jasamu, saya tidak mampu. Semoga anda terus hebat bergaya menghasilkan kopi-kopi tarbiyah berlemak penuh krim dalam setiap cangkir tulisan anda ya. Arigato!
No comments:
Post a Comment