anak kecil laki-laki itu duduk bersila di anak tangga paling bawah hadapan rumahnya. anak kecil laki-laki itu masih lengkap dengan uniform sekolahnya yang berwarna hitam dan putih. dua tangannya menopang dagu kepalanya yang mendongak ke langit. kata-kata ibu guru tudung labuh di sekolah masih terngiang-ngiang.
"hujan itu rahmat anak-anakku. ia hadiah dari Tuhan yang Maha Penyayang untuk kita."
satu jam anak kecil laki-laki menunggu. langit masih terang, awan kelabu belum lagi datang dengan bulir-bulir air. akhirnya, bunda menyuruh anak kecil laki-laki masuk ke dalam rumah. anak kecil laki-laki turuti. sebelum itu, anak kecil laki-laki sempat menadah tangan ke langit, semoga hujan nanti.
keesokannya, Tuhan perkenankan doa anak kecil laki-laki. hujan turun saat anak kecil laki-laki berjalan pulang dari sekolah. dengan baju sekolah hitam putih anak kecil lari-lari bersama teman-teman kecilnya. girang. gembira. baju putih tidak lagi putih, bahkan cokelat dengan warna-warna lumpur. akhirnya, anak kecil laki-laki dimarahi bunda. dan anak kecil laki-laki demam pula jadinya. bunda lah juga yang menjaga, menghangatkan tubuh dinginnya yang kecil. lucu sekali anak kecil laki-laki.
beberapa bulan kemudian, langit tidak lagi menurunkan hujan dalam tempoh yang agak lama. anak kecil laki-laki sedih. tiada lagi hadiah dari langit untuk anak kecil laki-laki. apakah Tuhan tidak lagi menyayanginya?
tujuh tahun kemudian anak kecil laki-laki bukan lagi anak kecil. dia adalah sang remaja laki-laki. ketika tahun-tahun panas itu bunda pergi meninggalkan sang remaja laki-laki. lalu langit pun menurunkan hujan meski sang remaja laki-laki tidak memintanya. lalu sang remaja laki-laki duduk sendirian dalam renyai hujan. sang remaja laki-laki menangis, meski tiada yang tahu. air matanya bersatu dengan tetes-tetes air hujan. barangkali langit juga menangis kasihan.
sepuluh tahun ke depan, sang remaja laki-laki kini adalah laki-laki dewasa dengan kejayaan-kejayaannya. tapi kini, laki-laki dewasa bukan lagi penyuka hujan, bahkan laki-laki dewasa adalah pembenci hujan sekarang.
"ah! hujan bikin kerja tergendala. hujan bikin penyakit. hujan bikin kereta kotor."
laki-laki yang dahulu selalu menghindari payung, kini membawanya kemana-mana. laki-laki yang dahulu selalu menadah tangan meminta hadiah dari Tuhannya kini sudah tidak lagi mahu mendongak memandang langit yang menurunkan hujan. justru, dia lebih suka menunduk ke bawah, memandang skrin taliponnya yang sombong berkilauan.
itulah laki-laki; yang lupa pada langit, pada hujan, pada Tuhannya.
_________________________
*olahan kepada tulisan kayla agusta.
_________________________
*olahan kepada tulisan kayla agusta.
No comments:
Post a Comment